Print
Hits: 6868

Siapa tidak gemas dengan Si Hidung Mancung ini. Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa endemik yang tersebar di Pulau Kalimantan bagian utara, mencakup Indonesia, Brunei, dan Malaysia. Nama latinnya Nasalis larvatus.

 Dalam bahasa inggris disebut Long-Nosed Monkey atauProboscis Monkey. Tapi sekarang sedang menghadapi saat-saat kepunahan. Jangan-2 anak cucu kita nanti hanya bisa melihat fotonya dan mendengarkan ceritanya.

(Lihat juga videonya….klik disini)

bekantanSi monyet hidung panjang ini oleh masyarakat Kalimantan diberi nama kera Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau. Di Malaysia disebut Kera Bekantan, Bangkatan di Brunei dan Neusaap di Belanda. Satwa ini sudah masuk dalam hewan langka yang terancam punah dan harus dilindungi. Perdagangan terhadap satwa ini sangat dilarang. Satwa ini dijadikan maskot Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.

Bekantan memiliki perut buncit dan senang hidup dekat wilayah berair di dekat muara sungai atau hutan bakau. Di tempat seperti itu, tunas-tunas baru selalu tumbuh di pepohonan. Bekantan senang makan tunas daun bakau, juga memakan kepiting, atau ikan kecil. Pemangsa satwa ini adalah buaya-buaya yang ceroboh tak tahu strategi menyeberang. Bekantan kalau menyeberang, gerakannya menyerupai lintasan peluru, naik sedikit lalu melayang turun.

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Bekantan hidup berkelompok dan masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat. Jumlahnya sekitar 10 sampai 30 ekor. Bekantan lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon. Di air satwa ini bisa berenang dan menyelam dengan baik. Bekantan betina yang sedang hamil mempunyai masa kehamilan sekitar166 hari atau 5-6 bulan. Bekantan betina hanya melahirkan satu ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan diasuh induknya hingga menginjak dewasa berumur 4-5 tahun.

Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan kebakaran hutan. Salah satu penyebab berkurangnya populasi Bekantan adalah perambahan hutan mangrove.

(Referensi: http://alamendah.orgKompas.com, 24 Januari 2013)